Minggu, 08 Januari 2012

sejarah kota padangsidimpuan

sejarah padangsidimpuan

Sejarah kota Padangsidimpuan
oleh PADANGSIDIMPUAN pada 18 November 2009 jam 14:43
Sekitar tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yang sekarang adalah lokasi dusun kecil yang disebut " Padang Na Dimpu " oleh para pedagang sebagai tempat peristirahatan, yang artinya suatu daratan di ketinggian yang ditumbuhi ilalang yang berlokasi di Kampung Bukit Kelurahan Wek II, dipinggiran Sungai Sangkumpal Bonang.

Pada tahun 1825 oleh Tuanku Lelo, salah seorang pengiriman pasukan kaum Padri, dibangun benteng Padangsidimpuan yang lokasinya ditentukan oleh Tuanku Tambusai, yang dipilih karena cukup strategis ditinjau dari sisi pertahanan karena dikelilingi oleh sungai yang berjurang.
Sejalan dengan perkembangan benteng Padangsidimpuan, maka aktivitas perdagangan berkembang di Sitamiang yang sekarang, termasuk perdagangan budak yang disebut Hatoban. Untuk setiap transaksi perdagangan Tuanku Lelo mengutip bea 10 persen dari nilai harga barang.
Melalui Traktat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk RECIDENCY TAPPANOOLI yang dibentuk Inggris tahun 1771.
Setelah menumpas gerakan kaum Padri tahun 1830, Belanda membentuk District (setingkat kewedanaan) Mandailing, District Angkola dan District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan GOVERNMENT SUMATRAS WEST KUST berkedudukan di Padang.

Dan tahun 1838 dibentuk dan Asisten Residennya berkedudukan di Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residentie Tapanuli melalui Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1842. Antara tahun 1885 sampai dengan 1906, Padangsidimpuan pernah menjadi Ibukota Residen Tapanuli.
Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan Pusat Pemerintahan, dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi Ibukota Kabupaten Angkola Sipirok sampai bergabung kembali Kabupaten Mandailing Natal.

Melalui Aspirasi masyarakat dan pemerintah tingkat II kab Tapsel serta peraturan pemerintah No.32 tahun 1982 dan melalui rekomendasi DPRD Tapanuli Selatan No.15/KPTS/1992dan No.16/KPTS/1992 kota Administratif Padangsidimpuan diusulkan menjadi kota madya tk.II, bersamaan dengan pembentukan kabupaten daerah tingkat II mandailing Natal, Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas.
Setelah dibentuknya Kab.Mandailing Natal, maka melalui :
1. Surat Bupati Tapsel No.135/1078/2000 tangal 30 Nopember 2000.
2. KEP.DPRD Tapsel No.01/PIMP/2001tgl. 25 januari 2001 serta
3. Surat Gubernur SUMUT No.135/1595/2001 tgl. 5 pebruari 2001

Maka diusulkan pembentukan kota Padangsidimpuan yang menghasilkan diterbitkannya UU No.4 tahun 2001 tentang pembentukan kota Padangsidimpuan.Pada Tgl 17 Oktober 2001 oleh Mendagri atas nama Presiden RI diresmikan Padangsidimpuan menjadi Kota.

di kota padangsidimpuan terkenal dengan salak nya yg 3 rasa,2 warna.manis asam sapotttttt,ada merah ada putih,mantap kan.....,beda ma salak pondoh hanya 1 rasa.

pariwisata padangsidimpuan


TOR SIMARSAYANG 
 
 


Tor Simarsayang, merupakan kawasan objek wisata alam favorit di Kota Padangsidimpuan, terletak di Kelurahan Batang Ayumi Julu, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, atau sekitar 20 km dari pusat ibu Kota Padangsidimpuan.

Objek wisata itu berada di lokasi perbukitan yang dipenuhi pohonan rindang, karenanya kita harus melewati jalan berliku dan penuh tanjakan sepanjang 4 km lebih untuk mencapai puncak bukit.

Dari puncak, kita bisa menyaksikan pemandangan tiap sudut Kota Padangsidimpuan, khususnya di malam hari kita bisa melihat kerlipan lampu kota, dan cahaya lampu kendaraan.

Selain tempat rekreasi, jalan menuju objek wisata ini dijadikan masyarakat Padangsidimpuan sebagai sarana olah raga pagi, khususnya hari minggu pagi yang dipenuhi banyak orang untuk melaksanakan aktivitas olahraga.

Pemandangan yang istimewa dari tempat ini adalah kita bisa melihat keindahan kota, tempat ini ramai dikunjungi banyak orang, khususnya kalangan remaja sejak sore hingga malam, karena suasananya sejuk, asri dan nyaman.

Makan dan minuman di kawasan objek wisata itu juga umum, mulai dari makanan mi instan , nasi goreng, dan juga minuman botol yang ditambah dengan makan-makanan ringan.

Memasuki kawasan itu, kita terlebih dahulu melewati pos jaga Satpol PP Padangsidimpuan yang terletak sekitar 500 meter dari pintu masuk. Di pos jaga, kita wajib membayar uang karcis sebesar 5.000/motor, besarnya uang masuk ditentukan banyaknya jumlah rombongan pengunjung.

20 Tahun lalu, Tor Simarsayang ini sangat sepi, namun setelah dijadikan objek wisata oleh Pemko Padangsidimpuan sekitar 4 tahun lalu, Tor Simarsayang berubah drastis. Warung bertebaran dimana.

Begitu juga dengan pondok-pondok yang dulunya tempat lesehan (santai), berubah menjadi pondok ukuran mini (1x1,5 m). Dan sekarang, hampir sepanjang jalan, baik itu di dataran maupun lereng bukit, sudah dipenuhi pondok-pondok mini beratap dan berdinding terpal spanduk seluler dari berbagai jenis operator, ada juga spanduk dari perusahaan motor.


PARSARIRAN






Tempat yang sesuai untuk anda bersama keluarga untuk mengisi hari libur dalam menikmati suasana alam, sungai yang jernih. Tersedia pondok-pondok berteduh, dipinggir jalan lintas Padangsidimpuan-Sibolga "PARSARIRAN".

Ditempat ini anak muda mudi mengadakan acara "mambasu dahanon" jika ada pesta, baik yang datang dari Kota Padangsidimpuan maupun sekitarnya.




AEK SIJORNIH




Berada sekitar 30 km arah timur Kota Padangsidimpuan, tepatnya di kelurahan Sayur Matinggi kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Perjalanan dapat ditempuh sekitar 1 jam. Sarana angkutan yang dapat digunakan antara lain : becak motor, angkutan umum, bus mini dan bus lintasan timur sumatera. Aek Sijorni artinya Air yang Jernih. Di musim hujan atau kemarau, air senantiasa jernih.

Tempat dan aliran sungai, terbagi dalam 2 wilayah dengan 2 pengelola yang berbeda. Wilayah pertama dikelola oleh Dinas Pariwisata Tapanuli Selatan, sedangkan wilayah kedua dikelola secara swadaya oleh masyarakat pemilik tanah. Untuk masuk ke area Aek Sijorni, kita mesti melewati jembatan gantung. Dua pengelola menampilkan 2 hal yang kontradiksi. Yang dikelola oleh dinas, areanya dibatasi dengan dinding setinggi 1,5 m dengan jembatan gantung yang baru. Yang dikelola masyarakat, dibiarkan tanpa dinding pembatas dan dengan jembatan yang semakin uzur. Panjang bentang jembatan sekitar 25 m dan hanya untuk lintasan orang.


Tiba di ujung jembatan, area parkir, kita dimintakan bayaran untuk jasa parkir. Roda dua 2 ribu dan roda empat bergantung jumlah penumpang, 2 ribu per orang. Melintasi jembatan gantung, kita mesti ekstra hati-hati. Yang tidak terbiasa dengan goyangannya dan ketinggian, disarankan untuk berpegangan kuat pada tali kawat yang jadi pegangan dan tidak melihat ke bawah, aliran sungai. Ketinggian jembatan dari air sungai yang melintas di bawahnya, sekitar 5 m.

Setelah cukup menegangkan melintasi jembatan, kita akan melintasi jalan setapak di antara tingginya pohon kelapa dan beberapa kolam. Dibutuhkan waktu 15 menit, untuk kemudian kita tiba di lokasi. Kita akan melewati juga kandang angsa, penjaga keamanan, Rumah di atas kolam yang berperan sebagai kantin sekaligus tempat tinggal, 2 kamar kecil yang berfungsi ganda : untuk ganti baju dan buang air karena persis didirikan di atas anak sungai Aek Sijorni, kemudian 2 buah joglo/saung. Selanjutnya kolam induk penampung aliran air sungai yang dimodifi menjadi air terjun bersusun. Berjalan melewatinya kita akan menjumpai 2 buah saung kecil dan musholla.

Di area tersebut, tersedia 2 kolam renang, yaitu untuk anak-anak dan dewasa. Dari kolam dewasa, kita bisa naik ke atas menelusuri aliran sungai dan dapat memilih tempat yang nyaman . Aliran air yang cukup deras, dapat dimanfaatkan untuk sekedar mendapat pijatan dengan memanjakan badan dialiri air sementara kia duduk di balik bebatuan.
Dan masih banyak lagi tempat wisata lainnya....



 
SEJARAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

Sekitar tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yang sekarang adalah lokasi dusun kecil yang disebut " Padang Na Dimpu " oleh para pedagang sebagai tempat peristirahatan, yang artinya suatu daratan di ketinggian yang ditumbuhi ilalang yang berlokasi di Kampung Bukit Kelurahan Wek II, dipinggiran Sungai Sangkumpal Bonang.
Pada tahun 1825 oleh Tuanku Lelo, salah seorang pengiriman pasukan kaum Padri, dibangun benteng Padangsidimpuan yang lokasinya ditentukan oleh Tuanku Tambusai, yang dipilih karena cukup strategis ditinjau dari sisi pertahanan karena dikelilingi oleh sungai yang berjurang.
Sejalan dengan perkembangan benteng Padangsidimpuan, maka aktivitas perdagangan berkembang di Sitamiang yang sekarang, termasuk perdagangan budak yang disebut Hatoban. Untuk setiap transaksi perdagangan Tuanku Lelo mengutip bea 10 persen dari nilai harga barang.
Melalui Traktat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk RECIDENCY TAPPANOOLI yang dibentuk Inggris tahun 1771.
Setelah menumpas gerakan kaum Padri tahun 1830, Belanda membentuk District (setingkat kewedanaan) Mandailing, District Angkola dan District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan GOVERNMENT SUMATRAS WEST KUST berkedudukan di Padang.
Dan tahun 1838 dibentuk dan Asisten Residennya berkedudukan di Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residentie Tapanuli melalui Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1842. Antara tahun 1885 sampai dengan 1906, Padangsidimpuan pernah menjadi Ibukota Residen Tapanuli.
Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan Pusat Pemerintahan, dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi Ibukota Kabupaten Angkola Sipirok sampai bergabung kembali Kabupaten Mandailing Natal.
Melalui Aspirasi masyarakat dan pemerintah tingkat II kab Tapsel serta peraturan pemerintah No.32 tahun 1982 dan melalui rekomendasi DPRD Tapanuli Selatan No.15/KPTS/1992dan No.16/KPTS/1992 kota Administratif Padangsidimpuan diusulkan menjadi kota madya tk.II, bersamaan dengan pembentukan kabupaten daerah tingkat II mandailing Natal, Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas.
Setelah dibentuknya Kab.Mandailing Natal, maka melalui :
1. Surat Bupati Tapsel No.135/1078/2000 tangal 30 Nopember 2000.
2. KEP.DPRD Tapsel No.01/PIMP/2001tgl. 25 januari 2001 serta
3. Surat Gubernur SUMUT No.135/1595/2001 tgl. 5 pebruari 2001

Maka diusulkan pembentukan kota Padangsidimpuan yang menghasilkan diterbitkannya UU No.4 tahun 2001 tentang pembentukan kota Padangsidimpuan.Pada Tgl 17 Oktober 2001 oleh Mendagri atas nama Presiden RI diresmikan Padangsidimpuan menjadi Kota.

foto kota padang sidimpuan



HORAS KOTA PADANGSIDIMPUAN

my images

air mancur pekanbaru

jembatan siak

manyun....